Property Kita.com

”PropertyKita.com

Sabtu, 20 Juni 2009

RIMBAWAN, ...

The Next Paper ...

Mengenal Sifat-Sifat Kayu Indonesia Untuk Dijadikan Bahan Alat Musik Gitar


Teman-teman semuanya, saya yakin kita selama ini hanya tahu bahwa kayu -kayu tertentu saja yg dapat dijadikan sebagai bahan sebuah gitar /bass. Sebetulnya ada beberapa kayu asli Indonesia yg sering di jadikan bahan baik body maupun neck .. untuk beberapa pabrikan & Industri Pembuatan gitar /bass.

yg kita tahu hanya Alder , Ash , Basswood , Maple , Mahogany , agathis .. yg sering di jadikan bahan dasar gitar /bass . padahal ada beberapa kayu bagus yg sudah di uji kehandalannya untuk bahan gitar & bass. Kayu -kayu asli Indonesia tersebut sudah memenuhi standart bahan yg cukup bagus . sperti Tekturnya ,berat jenis, serat kayu ,kekuatan kayu & daya resonansi yg baik !!

Kayu-kayu tersebut adalah CEMPAKA ,MERAWAN ,NYATOH, LASI , EBONY , MAGOHANY , ALPUKAT , BERINGIN........

1. Kayu LASI : termasuk kedalam jenis kayu istimewa ! nama lainnya adalah KILAKI. spesies jenis Adina Fagifolia Val. suku Rubiaceae. kayu ini mempunyai kekeringan yg bagus & berat jenis yg tergolong tidak terlalu berat.

Warna kayu ini kuning tua , dengan corak kembang sedang , daya kekerasan sedang ,dengan serat yg berpadu. Tumbuh di area sekitar Sulawesi , Nusa Tenggara ! kayu ini jika sudah di finishing sangat mewah & tergolong kayu mahal untuk di pakai alat musik .. tetapi jarang ada yg tahu dan mulai ada pabrikan luar negeri yg memakai nya untuk gitar /bass !!

2. Kayu EBONY : Kayu yg sudah tak asing lagi bagi kalangan industri gitar di Dunia untuk di jadikan freetboard atau kayu lapis atas & tengah Body ! nama lainnya adalah Macasar Ebony , kayu arang ,Coromandel & kayu hitam ! nama latin nya Dyospiros spp. family suku Ebenaceae. Tumbuh di Sekitar Sulawesi tengah & tenggara ( Maluku ) .

warna hitam kelabu di selang seling warna lebih muda , dan terkadang hitam gelap . sifat pengerjaan nya keras & sukar , kembang serat besar kekerasan sedang . tektur kasar .Kayu ini cocok untuk alat musik , perkakas , seni ukir ..

3. kayu CEMPAKA : nama lainnya adalah Baros warna kuning sampai coklat merah ,. kekerasan sedang. terdapat si Sumatra, jawa , kalimantan ,Sulawesi . kayu ini sekarang sedang banyak di uji coba untuk di jadikan bahan alat musik , karean tergolong kayu yg m,empunyai resonansi suara yg baik. dengan serat yg rapat .

4. Kayu SONOKELING : nama lainnya adalah Sonobrits , Palisander, Indian Wood , sono sungu ! nama latinya Dalbergialatifolia Roxb. dengan warna merah tua / ungu dengan garis-garis hitam gelap. kayu ini jenis yg sangat keras , bahkan bisa lebih keras dari pada Ebony ! dan jika di gosok bisa sangat halus sekali. terdapat di Pulau jawa ! biasanya digunakan juga sebagai Frettboard guitar/bass dan sudah hampir semua industri ditar memakainnya karena mirip sekali dengan Ebony hanya ebony lebih hitam.

5. Kayu MAHONI : atau dunia luar menyebut Magohany wood ! kayu asli Indonesai yg paling banyak di cari untuk di jadikan bahan Body gitar/bass . Pabrikan Gibson , PRS dll menggunakan kayu jenis ini untuk bahan baku gitar nya . kayu ini berwarna coklat muda hingga coklat tua . kayu yg sudah berumur ratusan taun sangat bagus sekali di jadikan bahan Body & neck gitar/bass.

Kayu ini di temukan oleh orang amerika di Indonesia dulunya , maka lebih terkenal dengan sebutan Amerika Mahogany ! kayu ini sekarang menjadi langka di Indonesai karena banyak di eksport untuk di jadikan bahan gitar/bass dan alat musik yg lain .

Seratnya sangat padat , jika di gergaji atau diolah tidak mudah sompal & rapih . tidak berbulu. kayu ini masuk hitungan kayu terbaik untuk gitar di Dunia . Tumbuh di Jawa barat & tengah seputar Kidiri.

6. Kayu SUNGKAI : ini kayu yg pernah merajai bahan pembuatan gitar di era tahun 80/90 an . Kayu yg mirip sekali dengan serat dan warna kayu Ash dari amerika. resonansi suara yg dihasilkan cukup baik . kayu yg sudah berumur tua sangat bagus. berwarna kuning muda sampai kuning tua.

Nama lain dari kayu ini adalah Kayu Jati sabrang ( bukan jenis Jati !),Lurus , Koeroes !. nama latinya Penomena Canascens jack ! tumbuh di Sumatra , Jawa,Kalimantan barat,tengah & selatan .kayu ini yg saya pakai untuk pembuatan bass model musiman agar terlihat mirip dengan kayu Ash.

Nanti akan saya lanjutkan jenis kayu lainnya !!

Sumber: http://www.streetbass.org/forum/showthread.php?t=2773

Jumat, 19 Juni 2009

Kiat Menulis Bebas: Kiat Paling Jitu Agar Kita Selalu Lancar Menulis!

Writer’s block, mandeg menulis, blank, tak tahu harus menulis apa, banyak ide tapi bingung bagaimana cara menuangkannya menjadi tulisan, dan seterusnya? Itu semua adalah penyakit paling kronis dalam menulis. Atasi dengan cara menerapkan kiat berikut ini. Insya Allah, semua masalah seperti itu akan hilang. Anda akan bisa menulis secara lancar selancar-lancarnya!

* * *

Sejak sekitar tiga tahun lalu, saya mengenal istilah “kiat menulis bebas” dari Pak Hernowo, penulis yang terkenal dengan konsep Mengikat Makna. Tapi penemu konsep ini adalah Peter Elbow lewat bukunya Writing Without Teacher (sudah diterjemahkan ke bahasa Indonesia dengan judul sama dan diterbitkan oleh Indonesia Publishing atau iPublishing, tahun 2007). Tapi, “Saya menerapkan kita menulis bebas ini tidak dari Peter Elbow, melainkan dari Dr. James W. Pennebaker, seorang psikolog yang menulis buku Opening Up,” ujar Pak Hernowo ketika suatu hari saya mengkonfirmasikan konsep Kiat Menulis Bebas tersebut padanya.

Terlepas dari apapun, saya merasa bersyukur karena menemukan sebuah fakta yang sangat menarik, sebagaimana yang tertulis pada judul artikel ini. Bahkan saya kemudian menyebut kiat ini sebagai RAHASIA TERBESAR DI DUNIA PENULISAN. Saya pun memberi nama khusus untuknya, dengan tujuan agar mudah diingat: “Otak Kanan Dulu Baru Otak Kiri”.


Kiat Menulis Bebas = Kembali ke Fitrah Manusia

Saya yakin Anda semua sudah paham, bahwa otak manusia memiliki dua belahan, yakni otak kanan dan otak kiri.

Otak kanan = menyukai spontanitas, penuh kebebasan, tanpa aturan.
Otak kiri = sistematis, runut, penuh pertimbangan.
Secara naluriah, sebenarnya setiap manusia sudah “diprogram” oleh Tuhan untuk menggunakan otak kanan dulu baru otak kiri, DALAM HAL APAPUN. Sebagai contoh:

Seorang perempuan jalan-jalan di sebuah mal. Dia melihat sebuah baju bagus yang dijual dengan diskon 50%. Maka PIKIRAN SPONTAN si perempuan ini akan berkata, “Wah, harus beli nih!”
Seorang pemuda secara tak sengaja melihat perempuan seksi lewat di depan matanya. Maka secara spontan dia akan berkata di dalam hati, “Wah, cantiknya! Andai dia jadi milikku.”
Seseorang yang disenggol oleh orang asing secara tak sengaja, maka secara spontan emosinya akan naik dan timbul NIAT SPONTAN untuk marah atau membalas tindakan tersebut.
Hal-hal seperti contoh di atas adalah REAKSI SPONTAN manusia ketika menghadapi situasi tertentu. Dan reaksi spontan ini adalah hasil pekerjaan OTAK KANAN.

Setelah reaksi spontan itu muncul, biasanya kita tidak langsung bertindak. Misalnya pada contoh nomor 1. Setelah si perempuan secara spontan berkata “harus beli”, maka dia kemudian berpikir. “Jadi beli enggak, ya?” Pikirannya pun penuh oleh berbagai macam pertimbangan. Hingga akhirnya dia MUNGKIN tak jadi beli.

Aktivitas “penuh pertimbangan, banyak mikir” dan seterusnya ini merupakan hasil kerja dari OTAK KIRI.

Secara hukum alam, kita para manusia ini memang terbiasa mengerjakan apapun dengan otak kanan dulu baru otak kiri. Spontan dulu baru mikir-mikir. Ini adalah hukum alam, sangat sesuai dengan fitrah manusia.

Masalahnya: Dalam menulis kita justru melawan hukum alam. Kita melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan fitrah kita sebagai manusia!

Kita mulai menulis dengan berbagai macam pikiran dan pertimbangan:

Tulisan ini nanti jadinya bagus tidak ya?
Bagaimana kalau hasilnya jelek?
Bagaimana kalau nanti tulisan ini diejek oleh orang lain?
Bagaimana kalau tulisan ini tidak sesuai dengan tata bahasa dan ejaan yang berlaku?
Kalau tulisan ini saya kirim ke Kompas, dimuat enggak ya?
Saya ingin membuat tulisan sebagus tulisan Andrea Hirata. Tapi bagaimana kalau tulisan saya nantinya tidak bagus, jauh dari kualitas Andrea Hirata?
Dan seterusnya!
Dengan kata lain, belum apa-apa kita sudah pakai otak kiri! Padahal, hukum alam justru mengajarkan kita untuk menggunakan otak kanan dulu baru otak kiri. Ini berlaku dalam hal apapun, termasuk dalam MENULIS.

Maka, ketika saya belakangan ini rajin memasyarakatkan KIAT MENULIS BEBAS kepada teman-teman penulis, itu didorong oleh keinginan saya agar para penulis kita kembali ke fitrahnya, kembali ke hukum alam dalam hal menulis.

Memang, kecenderungan kita untuk MELAWAN HUKUM ALAM ketika menulis sedikit banyaknya dipengaruhi oleh sistem pendidikan kita di sekolah. Sejak kecil, kita diajarkan oleh Guru Bahasa Indonesia bahwa menulis harus pakai kerangka karangan, harus mematuhi EYD, harus taat pada tata bahasa, dan seterusnya dan seterusnya. Ajaran seperti ini membuat kita berpikir bahwa menulis itu rumit, membingungkan, dan sulit untuk dipraktekkan.

Padahal sebenarnya, menulis itu sangat gampang! (seperti kata Arswendo Atmowiloto pada bukunya “Mengarang Itu Gampang!”). Bagaimana caranya agar gampang? Ya tentu saja dengan KEMBALI KE HUKUM ALAM. Kikislah habis “aliran sesat” yang diajarkan oleh guru kita di sekolah dulu. Mulai sekarang, menulislah dengan otak kanan dulu baru otak kiri.


Bagaimanakah Cara Menulis Bebas Tersebut?

Caranya sangat gampang. Ya, DEMI TUHAN INI SANGAT GAMPANG!

Tahap ke-1: Otak Kanan:
Mulailah menulis secara spontan. Apapun yang muncul di pikiran Anda, langsung ditulis saja. Bahkan ketika Anda bingung harus menulis apa, coba tulis saja:

“Saya bingung nih, mau nulis apa. Apa yang harus saya tulis, ya? Kenapa ide sama sekali tidak muncul? Padahal kemarin saya ada ide, lho. Kenapa sekarang idenya hilang tak berbekas? Kenapa? Kenapa saya jadi blank begini?…..”

Apa susahnya menulis seperti itu?

Tentu saja Anda tidak harus menulis persis seperti kalimat-kalimat yang saya tulis. Itu hanya contoh untuk menjelaskan bahwa menulis bebas itu SANGAT MUDAH. Oke?

Ketika menulis bebas tersebut, HILANGKAN SEMUA BEBAN PIKIRAN ANDA.
Ya, SEMUANYA. Jadi apapun itu yang menghantui Anda ketika menulis, yang membuat tangan Anda berhenti menulis, yang membuat Anda bengong dan kembali blank atau bingung harus menulis apa lagi, LUPAKAN ITU SEMUA. BUANG JAUH-JAUH.

Yang tak kalah penting: Jangan diedit atau direvisi sebelum selesai.

Walau tulisan Anda kacau balau, kalimatnya ngelantur ke sana ke mari, banyak salah ketik, atau Anda merasa tulisan tersebut sangat jelek, membosankan dan tak ada bagus-bagusnya, bahkan bila banyak kalimat yang berisi kata-kata vulgar, berbau SARA, membuka aib, dan seterusnya, BIARKAN SAJA. Jangan diedit atau direvisi dulu. Lanjutkan saja proses menulis Anda hingga semua ide tertuang dalam bentuk tulisan.

Kenapa tidak boleh diedit? Sebab begitu Anda mulai mengedit, maka itu akan menjadi sumber kemandegan yang baru. Percayalah!

Tahap ke-2: Otak Kiri:
Setelah tahap ke-1 selesai, diamkan dulu naskah Anda sekitar satu atau dua hari. Atau kalau buru-buru, satu atau dua jam cukup deh. Lalu baca lagi tulisan tersebut. Kini, mulailah MEREVISI dengan otak kiri. Buatlah tulisan tersebut menjadi lebih bagus. Bila ada salah ketik, saatnya diperbaiki. Bila topiknya melebar ke mana-mana, saatnya difokuskan ke tujuan semula. Bila Anda merasa tulisannya kurang menarik, kini saatnya dibuat lebih menarik. Dan seterusnya dan seterusnya.

“Bagaimana cara merevisi? Apa saja yang harus saya edit?”

Oke, pertanyaan bagus!

Hal utama yang harus Anda sadari, “Saya ini penulis, bukan editor.”

Karena itu, Anda tidak harus bekerja seperti para editor di penerbitan buku, atau redaktur di media cetak. Tidak harus!

Kalau Anda mau belajar editing secara lebih mendalam, ya itu bagus. Saya juga sangat setuju dan akan mendukung Anda sepenuhnya! Tapi tanpa berbuat seperti itu pun, Anda sebagai PENULIS bisa mengedit atau merevisi tulisan Anda secara layak plus memadai.

Caranya:
Edit atau revisi saja tulisan tersebut semampu Anda. Tidak ada patokan bagian mana yang harus direvisi atau bagaimana cara mengeditnya dan seterusnya. Pokoknya edit dan revisi saja semampu Anda. Yang penting Anda merasa bahwa hasil editing atau revisi tersebut membuat tulisan Anda lebih bagus dari sebelumnya. Itu saja. Titik.


Hasil Otak Kanan = Draft (atau Ruang Privat)

Selama ini, hampir semua peserta pelatihan mengaku puas setelah mempraktekkan kiat menulis bebas yang saya ajarkan. Bahkan banyak di antara mereka yang mengaku sudah bertahun-tahun tak bisa menulis, kini bisa menulis dua - bahkan lebih - halaman secara lancar tanpa hambatan sama sekali.

Bahkan, banyak peserta yang awalnya bingung harus menulis apa, tapi - setelah mempraktekkan kiat menulis bebas - justru protes ketika saya berkata “waktu sudah habis, silahkan tulisannya dikumpulkan”. Mereka berkata bahwa tulisan mereka belum jadi, masih banyak ide yang belum sempat dituliskan.

Alhamdulillah, ini menjadi bukti bahwa kiat menulis bebas memang benar-benar jitu!

Tapi tentu saja, ada juga peserta pelatihan yang protes, masih bingung, bahkan marah dan mengkritik saya. Sebagai contoh, TIGA ORANG peserta Pelatihan Penulisan di Cipanas Bogor tanggal 11 Juni 2009 lalu (yang diadakan oleh Serikat Penerbit Suratkabar Pusat) berkata dengan penuh emosi:

“Pak Jonru. Kami ini staf Public Relation dari berbagai perusahaan dan instansi di Indonesia. Kami datang ke sini untuk mengetahui kiat apa yang paling jitu agar kami bisa membuat tulisan yang membangun citra positif bagi perusahaan kami. Kalau kami menerapkan kiat menulis bebas seperti yang Pak Jonru ajarkan, bukankah itu justru berbahaya? Kami menulis sebebas-bebasnya, tidak peduli apakah di dalam tulisan tersebut ada rahasia yang tidak seharusnya diketahui oleh publik, bahkan dengan tulisan bebas itu citra perusahaan kami jadi hancur berantakan. Bagaimana dong?!”

Terus terang, ini adalah pengalaman paling seru yang saya alami dalam mengajarkan kiat menulis bebas. Terlebih ketika dua hari kemudian saya mengisi pelatihan di Unibraw Malang dengan membawakan tema yang sama, salah seorang peserta - mahasiswa - pun mengajukan protes yang sama. Dia berkata:

“Saya sering disuruh dosen untuk menulis dengan kriteria dan aturan tertentu. Kalau saya menerapkan kiat menulis bebas, bagaimana dong? Saya tentu tidak bisa membuat tulisan yang sesuai dengan kriteria yang ditetapkan oleh dosen!”

Saya kira, protes seperti ini dapat dimaklumi, karena para peserta tersebut masih salah persepsi - atau lebih tepatnya belum mengerti - tentang konsep KIAT MENULIS BEBAS.

Kiat menulis bebas adalah OTAK KANAN DULU BARU OTAK KIRI.

Dengan kata lain (seperti yang Anda bisa lihat juga pada penjelasan di atas), kiat menulis bebas dilakukan dalam DUA TAHAP.

Tahap pertama adalah TAHAP OTAK KANAN.
Pada tahap otak kanan ini, tulisan yang dihasilkan adalah DRAFT. Atau meminjam istilah Hernowo, tulisan hasil otak kanan adalah untuk konsumsi ruang privat. Atau bahasa gamblangnya, “Ini adalah tulisan untuk diri Anda sendiri. Bila misalnya Anda hendak mengirim tulisan ke Kompas, bukan draft atau hasil otak kanan tersebut yang Anda kirim.”

Tahap kedua adalah TAHAP OTAK KIRI.
Pada tahap inilah, Anda merevisi atau mengedit draft tersebut. Setelah jadi, setelah tulisannya menjadi bagus dan sesuai harapan Anda, barulah tulisan tersebut diarahkan ke tujuan semula. Bila sejak awal tulisan itu hendak Anda kirim ke Kompas, maka kini saatnya Anda mewujudkan rencana tersebut.

Meminjam istilah Pak Hernowo, hasil tulisan dengan otak kiri adalah untuk ruang publik. Maksudnya, ini adalah hasil tulisan yang akan Anda PUBLIKASIKAN.

Sekadar Info:
Tulisan-tulisan yang Anda baca di koran, majalah, tabloid, buku, bulletin, jurnal, dan seterusnya, semua itu BUKANLAH tulisan yang sekali tulis langsung jadi. Semua tulisan itu pastilah hasil dari draft 1, lalu direvisi menjadi draft 2, draft 3, draft 4, dan seterusnya. Ketika ada tulisan yang dimuat di sebuah koran, bisa saja itu adalah tulisan yang telah melewati sepuluh atau dua puluh editing atau revisi.

Karena itu, bila Anda hendak membuat tulisan yang SEKALI TULIS LANGSUNG SEBAGUS TULISAN YANG DIMUAT DI KORAN ATAU MAJALAH, maka ini adalah pemikiran yang keliru.

Jadi, sebenarnya tidak masalah bila di TAHAP AWAL tulisan Anda masih jelek, masih berantakan, masih kacau balau. Sebab setelah draft awal selesai, Insya Allah Anda masih punya kesempatan untuk merevisinya agar menjadi bagus dan sesuai harapan Anda.


Kiat Menulis Bebas = Cocok untuk Jenis Tulisan APAPUN

Ya, tulisan jenis apapun yang Anda tulis, semuanya cocok untuk ditulis dengan kiat menulis bebas. Cerpen, artikel, opini, memoar, karangan ilmiah, skripsi, esai, resensi, puisi, novel, skenario sinetron, berita, dan seterusnya. Pokoknya tulisan apapun itu, SEMUA COCOK!

Jadi jangan berpikir bahwa kiat menulis bebas hanya cocok untuk tulisan tertentu. SEMUA COCOK deh pokoknya! Kalau tidak percaya, coba simak subjudul berikut ini.


Kiat Menulis Bebas = Kiat SEJUTA UMAT dalam Menulis

Di atas saya sudah menyebutkan:

“….apapun itu yang bisa menghantui Anda ketika menulis, yang membuat tangan Anda berhenti menulis, yang membuat Anda bengong dan kembali blank atau bingung harus menulis apa lagi, LUPAKAN ITU SEMUA. BUANG JAUH-JAUH.”

Ya, APAPUN itu.

Tapi walau saya sudah menulis APAPUN dengan HURUF KAPITAL untuk menegaskannya, ternyata masih banyak juga teman yang belum memahaminya. Buktinya, mereka masih juga bertanya-tanya, mengajukan kasus yang mereka hadapi. Mereka mengaku masih tetap mandeg, bingung harus menulis apa, dan seterusnya.

Sebenarnya, bila Anda sudah sangat memahami makna dari kata APAPUN, percayalah bahwa masalah mandeg atau bingung atau blank dalam menulis tak akan pernah lagi Anda hadapi. Sebab seperti yang sudah diulang di atas, masalah APAPUN yang membuat Anda mandeg dalam menulis, maka kiat paling jitu untuk mengatasinya adalah KIAT MENULIS BEBAS.

Itulah sebabnya kenapa saya menyebut kiat ini sebagai KIAT SEJUTA UMAT DALAM MENULIS.

Untuk lebih jelasnya, saya akan sebutkan beberapa contoh saja (ingat, INI HANYA BEBERAPA CONTOH, sebagai gambaran belaka. Saya yakin, setelah membaca contoh-contoh ini, Anda akan bisa menerapkannya untuk hal-hal lain yang juga membuat Anda mandeg dalam menulis, atau setidaknya memperlambat proses penulisan Anda).

Contoh 1: Kerangka Karangan:
Anda menulis dengan didahului oleh pembuatan kerangka karangan atau outline, atau apalah itu namanya. Maka tulislah naskah Anda dengan cara seperti yang saya jelaskan di sini:

(1) Dengan asumsi bahwa Anda memang butuh kerangka karangan, awali proses penulisan Anda dengan membuat kerangka karangan. Bagaimana format dan caranya? Di atas sudah dijelaskan. Oke?

(2) Setelah itu, mulailah menulis. Menulislah secara bebas, spontan, sesuka Anda. Hilangkan semua beban dari pikiran Anda. Lupakan dulu semua teori, kiat menulis, dan seterusnya. Pokoknya menulislah sesuka-suka Anda.

….

Termasuk kerangka karangan yang telah Anda buat tadi, silahkan lupakan dulu. Jangan diingat-ingat. Jangan sampai Anda dibayang-bayangi oleh makhluk yang bernama kerangka karangan tersebut. LUPAKAN DIA UNTUK SEMENTARA. Oke?

(3) Setelah semua ide berhasil dituangkan ke dalam tulisan, barulah kerangka karangan tadi dilirik lagi. Silahkan sekarang Anda mencocokkannya dengan tulisan yang telah dibuat.

Cara mencocokkannya lebih kurang sama seperti ibu-ibu yang mencocokkan check list daftar belanjaan dengan barang-barang yang telah dia beli di mall. Ingat contoh tentang ibu-ibu di atas. Begitulah caranya.

Contoh 2: Jumlah Halaman:
Katakanlah Anda hendak mengirim naskah cerpen ke Koran A. Lalu oleh Koran A, dibuat aturan bahwa naskah opini hendaknya sepanjang 6 sampai 8 halaman kuarto, ketik 1,5 spasi, dan seterusnya.

Maka ketika menulis, awalilah dengan spontan atau menulis bebas. Lupakan dulu aturan dari Koran A tersebut. Tuliskah sepanjang-panjangnya, tidak peduli berapa halaman pun itu. Setelah selesai, baru deh masuk ke tahap otak kiri. Sekaranglah saatnya Anda mengingat lagi aturan dari Koran A tersebut. Revisilah naskah Anda sehingga dia menjadi sekitar 6 atau 8 halaman kuarto, ketik 1,5 spasi.

Contoh 3: Kualitas Tulisan
Anda ingin membuat tulisan yang benar-benar bagus, menarik, dan menggugah perasaan para pembaca. Anda tidak ingin membuat tulisan yang standar bahkan jelek. Maka ketika menulis, Anda dihantui oleh keinginan seperti ini. Anda selalu berpikir, “Hasilnya nanti bagus enggak, ya?”

Karena dihantui seperti itu, Anda jadi mandeg. Maka kembalilah ke kiat menulis bebas. Mulailah menulis secara spontan. Lupakan saja dulu keinginan Anda tersebut. Walau Anda merasa hasil menulis spontan itu sangat jelek, tak ada bagus-bagusnya dan seterusnya, biarkan saja. Terus saja menulis. Setelah selesai, baru deh masuk ke tahap otak kiri. Saatnya Anda merevisi tulisan tersebut sehingga menjadi lebih bagus, menarik dan menggugah para pembaca.

Contoh 4: Kaidah-kadiah pada tulisan ilmiah
Tulisan ilmiah penuh oleh kaidah-kaidah yang membatasi kita dalam menulis. Bila kita langsung memikirkan dan memperhatikan kaidah-kaidah tersebut ketika menulis, maka dapat dipastikan bahwa masalah mandeg akan muncul. Karena itu, coba terapkan kiat menulis bebas. Menulislan secara spontan, lupakan dulu kaidah-kaidah tersebut. Setelah selesai, baru deh masuk ke tahap otak kiri. Saatnya Anda merevisi tulisan dengan cara menerapkan kaidah-kaidah yang berlaku pada penulisan karya ilmiah.

Contoh 5: Referensi Data
Pada jenis tulisan tertentu (misalnya esai atau karangan ilmiah), referensi data pendukung sangat penting. Nah, banyak penulis yang mandeg karena mereka mencari data sambil menulis. Ini cara yang salah! Saran saya, terapkan saja kiat menulis bebas. Mulailah menulis secara spontan. Lupakan dulu semua data pendukung yang Anda butuhkan. Katakanlah Anda hendak menulis data tertentu tapi lupa-lupa ingat (seperti judul lagu Kuburan). Maka tulis saja seperti contoh berikut:

“Berdasarkan data penelitian lembaga …. tahun ….., jumlah penduduk miskin di Jakarta pada tahun 2006 adalah sebanyak …. orang. Bahkan Bapak …., seorang pakar Ekonomi moneter berpendapat bahwa…… (dikutip dari Majalah Tempo edisi …….).”

Tidak masalah bila masih titik-titik seperti itu. Toh itu baru draft. Setalah tahap otak kanan selesai, atau setelah semua ide tertuang di dalam tulisan, maka selanjutnya Anda masuk ke tahap otak kiri. Pada saat itulah Anda bebas mencari data, melengkapi titik-titik tersebut dengan data yang relevan.

Contoh 6: Dikejar Deadline
Anda mungkin diperintahkan oleh Bos untuk membuat tulisan dan harus jadi dalam waktu satu jam dari sekarang. Maka, Anda pun menulis sambil dihantui oleh deadline. Anda selalu khawatir, “sudah satu jam belum ya?”

Saran saya, cobalah menulis secara spontan saja. Lupakan saja deadline dari bos tersebut. Kosongkan pikiran Anda dari rasa khawatir. Menulislah seolah-olah deadline tidak ada. Tapi tentu saja, Anda harus berpikir bahwa tulisan ini harus selesai SESEGERA MUNGKIN. Dengan cara ini, insya Allah Anda akan bisa lebih lancar dalam menulis. Dan kemungkinan besar Anda bisa menyelesaikan tulisan tersebut sebelum deadline tiba.

Contoh 7: Beban Psikologis
Ketika baru mulai menulis, Anda langsung berpikir, “Nanti tulisannya bagus enggak, ya? Bagaimana kalau diejek orang? Bagaimana kalau ditolak oleh majalah? Bagaimana kalau setelah saya muat di blog, tak ada orang yang mengomentari tulisan ini? Bagaimana kalau… bla… bla… bla….”

Bila pikiran-pikiran seperti itu menghantui Anda, sadarilah itu hanya PERASAAN ANDA. Anda membayangkan hal-hal yang sebenarnya BELUM TERJADI. Tentu sangat konyol bila kita terlalu memikirkan hal-hal yang belum terjadi, padahal itu BELUM TENTU terjadi!

Maka saran saya, langsung saja menulis, lupakan semua beban psikologis yang menghantui pikiran Anda tersebut. Menulislah secara spontan. Gunakan dulu otak kanan Anda. Setelah selesai dalam bentuk draft, saatnya Anda boleh memikirkan lagi semua beban psikologis tersebut. Bila misalnya Anda khawatir tulisan tersebut akan diejek orang, maka revisilah naskah itu sebagus mungkin. Kalau sudah bagus, tentu KEMUNGKINAN untuk diejek oleh orang lain menjadi lebih kecil.

Contoh 8: Tata Bahasa, EYD, Kiat & Teori Penulisan
Banyak mahasiswa dan lulusan Fakultas Sastra yang tidak berani menulis, karena mereka dihantui oleh teori-teori yang mereka dapatkan di bangku kuliah. “Nanti kalau tulisan saya tidak sesuai teori ANU, gimana dong?”

Walau bukan dari Fakultas Sastra, saya yakin Anda pun mungkin pernah berpikir seperti itu. Ketika menulis, pikiran Anda penuh oleh teori penulisan, kiat penulisan, tata bahasa, dan seterusnya. Dan ini tentu membuat Anda mandeg menulis.

Saran saya, LUPAKAN DULU SEMUA ITU! Mulailah menulis dengan spontan, semau-mau Anda. Gunakan dulu otak kanan Anda. Semua teori dan kiat serta aturan penulisan itu, SILAHKAN LUPAKAN DULU.

Setelah selesai dalam bentuk draft, baru deh semua teori, kiat dan aturan tersebut diingat-ingat lagi. Sekarang saatnya pakai otak kiri. Revisilah tulisan Anda agar sesuai dengan teori, aturan dan kiat yang sudah Anda pelajari tersebut.

Satu hal yang perlu Anda ketahui:
Teori, kiat dan aturan dalam menulis bisa dipelajari sambil jalan. Anda tidak harus menguasai semuanya sebelum mulai menulis. Justru dari praktek menulislah, Anda akan menjadi makin mahir, makin ahli, dan makin mudah dalam memahami teori, kiat dan aturan penulisan yang ada.

“Anda tidak harus menjadi ahli untuk memulai, tapi Anda harus memulai untuk menjadi Ahli,” demikian bunyi sebuah kata bijak

* * *

Oke, delapan contoh sudah cukup ya?

Saya yakin Anda bisa mencari contoh-contoh lain. Intinya: APAPUN masalah yang menyebabkan Anda mandeg dalam menulis, maka atasi dengan kiat menulis bebas.

Dan inilah sebabnya kenapa pada subjudul sebelumnya saya mengatakan bahwa kiat menulis bebas cocok untuk jenis tulisan apapun!

Kiat Menulis Bebas = Alat Bantu Belaka

Bila Anda baru belajar menulis, dan menerapkan kiat menulis bebas pun terasa masih sangat sulit, maka Anda bisa dianalogikan seperti seorang anak SD atau TK yang baru belajar membaca.

Pada kondisi seperti ini, “kiat menulis bebas” bisa disebut sebagai ALAT BANTU yang ditujukan bagi Anda yang masih sangat pemula dalam menulis. Dengan alat bantu ini maka orang yang paling pemula pun diharapkan bisa menulis secara lancar selancar-lancarnya, tanpa mandeg atau mentok sama sekali.

Tapi Anda juga tentu paham bahwa keahlian apapun akan bisa diasah melalui PRAKTEK. Semakin sering menulis, maka Insya Allah keterampilan Anda dalam menulis pun makin terasah. Sama seperti seseorang yang belajar menyetir mobil. Awalnya terasa sulit, sering nabrak, dan seterusnya. Tapi semakin sering menyetir, dia makin mahir mengenderai mobil.

Maka, keahlian menulis yang Anda miliki akan makin terasah, Anda akan makin terampil atau mahir menulis, bila Anda semakin sering praktek menulis.

Dan bila Anda sudah sampai pada tahap MAHIR atau AHLI, mungkin KIAT MENULIS BEBAS tidak terlalu relevan lagi bagi Anda. Anda mungkin bisa menulis dengan lancar walau sambil sesekali mengedit tulisan yang baru saja Anda ketik, misalnya. Terus terang, saya pun sering seperti itu

Tapi selama “pelanggaran” yang Anda lakukan terhadap kiat menulis bebas ini tidak membuat Anda mandeg menulis, atau justru membuat Anda makin lancar menulis, maka silahkan lanjutkan “pelanggaran” tersebut.

Kenapa? Sebab kita tibak boleh memperlakukan kiat menulis bebas ini sebagai sebuah kitab suci yang tak terbantahkan. DIA HANYALAH ALAT BANTU. Sebagai alat bantu, kita hanya membutuhkannya bila dia memang benar-benar bisa membantu pekerjaan kita. Bila dia justru mempersulit pekerjaan kita, lantas buat apa dipakai?

Dan dalam menerapkannya pun, fleksibel sajalah. Jangan terlalu kaku. Seperti yang saya jelaskan di atas: Tidak mematuhi kiat ini secara seratus persen bukanlah masalah. Yang penting Anda tetap dapat lancar dan nyaman dalam menulis.

Info selengkapnya tentang cara memperlakukan alat bantu dalam menulis, silahkan klik di sini.

Kiat Menulis Bebas = Untuk Dipraktekkan, Bukan untuk Dibaca atau Dihafal Belaka

Banyak teman penulis yang mengaku sudah paham tentang kiat menulis bebas yang saya ajarkan. Tapi begitu mulai menulis, mereka masih mandeg, masih dihinggapi penyakit writer’s block, masih bingung harus menulis apa.

Saya katakan pada mereka, “Bila Anda memang sudah benar-benar memahami apa itu kiat menulis bebas, saya yakin Anda tidak akan bingung lagi, tak akan mandeg lagi. Saya yakin Anda pasti bisa menulis dengan sangat lancar.”

Mereka manggut-manggut, tapi tetap mengeluh dan berkata bahwa mereka masing bingung, masih belum tahu harus menulis apa, dan seterusnya.

Saya hanya tersenyum geli. Untuk menghadapi orang seperti ini, kiat paling jitu adalah LANGSUNG MENYURUH MEREKA MENULIS.

“Silahkan langsung dipraktekkan. Kiat menulis bebas itu bukan untuk sekadar dibaca atau dihafal.. Sebab Anda baru bisa merasakan dampak dan kedahsyatannya bila kamu mencobanya langsung. Oke?”

Setelah saya “paksa” (karena awalnya mereka terlihat ogah-ogahan), barulah si penulis bingung tersebut mulai menulis. Awalnya mereka berkata masih tetap bingung. Tak tahu harus menulis apa. “Pikiran saya blank,” ujarnya.

“Kalau pikiran Anda blank, cobalah menulis tentang blank. Tulis saja ’saya lagi blank, tak tahu harus menulis apa, bingung harus ngapain. sudah disuruh menulis oleh Jonru tapi saya kok tetap blank juga ya?????’ Saya tidak percaya kalau Anda katakan tidak bisa. Yang penting, YAKINKAN DIRI, ‘Saya Bisa Menulis!’ Dengan keyakinan seperti itu, Insya Allah Anda akan bisa menulis dengan lancar. Oke?”

Alhamdulillah, teman penulis tersebut akhirnya berhasil menulis. Hanya satu paragraf. Tapi dengan satu paragraf itu dia akhirnya percaya dan bisa merasakan sendiri, bahwa kiat menulis bebas itu memang sangat jitu!

Jadi bagi Anda yang masih bingung juga setelah membaca tulisan ini, AYO LANSGUNG DIPRAKTEKKAN SAJA. Silahkan LANGSUNG MENULIS!

Oke?

Selamat Menulis dan Salam Sukses!

Jonru

Founder & Mentor Sekolah-Menulis Online
Cara Modern Menjadi Penulis Hebat
http://www.SekolahMenulisOnline.com

Rabu, 17 Juni 2009

Tujuan dan Esensi Ospek Pengkaderan Massal

Di post sebelumnya telah saya sampaikan bahwa bagaimanapun mahasiwa baru perlu dberi pengondisian keras sesuai dg definisi yg telah saya berikan. Namun ospek dengan model semi militeristik ini “hanya” akan efektif bila dijalankan oleh pihak militer itu sendiri. Nah, lantas apakah itu artinya mahasiwa tidak mampu atau tidak sebaiknya menjadi pelaksana ospek? Tidak juga, karena yg penting tentang ospek bukanlah pilihan metodologinya (apakah pake perploncoan atau yang lain), melainkan tujuan dan esensi yang diupayakan darinya.
ospek perploncoan ngemong Tujuan dan Esensi Ospek Pengkaderan Massal
Ospek - ajangnya ngemong mahasiswa baru

Ketika mahasiswa menjadi pelaksana ospek, apa yang perlu kita perhatikan di sini adalah untuk menempatkan pengkaderan massal (Ospek) dalam porsi yang sewajarnya. Kita perlu ingat bahwa selain ospek masih ada event pengembangan diri lain seperti Latihan Keterampilan Manajemen Mahasiswa, Achievement Motivation Training atau yang lain. Ospek tidak perlu mengambil tujuan belajar yang terlalu muluk.

Membentuk mahasiswa profesional bermental pemimpin yang memiliki sikap kritis, kreatif, inisiatif, proaktif, berpikiran luas, berintegritas pribadi yang dilandasi kejujuran, kebenaran, dan keadilan.

Memang tujuan yang bagus, tapi tidakkah itu berlebihan? Bahkan training atau workshop pengembangan diri profesional saja berhati-hati dalam membuat ukuran sukses para lulusannya. Sekedar maksud baik saja belum cukup, kita juga perlu realistis dan miliki kompetensi yang cukup untuk mewujudkan maksud baik itu.

Secara riil, kita tidak mungkin mencapai tujuan yang muluk2 untuk event yang diikuti oleh banyak peserta dengan waktu yang singkat dengan kompetensi pengkader yang belum bisa 100% kita standarkan. Secara umum, tujuan untuk membangun, menumbuhkembangkan, meningkatkan dan apapun yang intinya bukan membentuk adalah tujuan yang terbilang realistis. Semisal begini:

  1. Meningkatkan ketakwaan kepada Tuhan yang Maha Esa. Jangan dianggap sekedar sbg formalitas. Peningkatan ketakwaan adalah bangunan dasar untuk membangun peran fungsi sbg mahasiwa. Sebelum dia bisa menjadi agen perubah dan iron stock, hal pertama yang harus dibentuk adalah kekuatan moralitas yang itu bukan hanya berdasar pada conscience atau common sense, melainkan lebih utama dari ajaran agama masing2.
  2. Meningkatkan rasa bangga terhadap almamater dan tanah air. Ini penting untuk membentuk arogansi produktif yang menjadi modal untuk bersedia proaktif menghilangkan cela, membangun prestasi dan reputasi fenomenal dari almamater dan juga tanah air.
  3. Membina kebersamaan, solidaritas dan kekeluargaan di antara maba dan warga. Ndak enak banget rasanya klo kampus hanya jadi tempat untuk ndapetin materi dari dosen, guyon ama beberapa orang, habis gitu pulang. Kampus sungguh akan jadi tempat yang lebih nyaman dengan adanya keakraban antar dosen mahasiswa dan juga karyawan.
  4. Menumbuhkembangkan sikap peka, peduli dan solutif. Ini semua adalah sikap yang perlu ditujukan kepada sesama rekan satu angkatan dan juga seluruh civitas yang ada. Kampus adalah salah satu tempat pembelajaran terlama kita, sehingga amatlah layak bagi kita untuk menjalaninya dengan penuh saling peduli sebagaimana layaknya sebuah keluarga.

Itu semua adalah tujuan umumnya, maka secara umum esensi dari ospek atau pengkaderan massal mahasiswa baru adalah sebagai berikut:

1. Akselerasi Perkenalan.

Sebenarnya tanpa ospek pun mahasiswa juga akan saling mengenal. Cuman masalahnya seberapa lama mereka akan pada akhirnya saling kenal, dan juga berapa banyak mahasiswa baru yg bersedia untuk berkenalan. Nyatanya, masih (lebih) banyak mahasiswa baru yang enggan berkenalan dengan seluruh rekan2nya di awal kecuali kalo dianjurkan dengan pengawasan atau dipaksa atau diarahkan oleh senior2nya. Maka adalah tujuan Ospek untuk mempercepatnya proses perkenalan mereka.

  • Mempercepat saling kenal satu maba dengan yang lain, dan juga dengan senior, dosen, satpam dan karyawan
  • Mengenalkan sejarah kampus, kebesaran2 yang pernah diraih, dan harapan2 jurusan/kampus di masa depan
  • Mengenalkan roadmap perjalanan di kampus, secara akademis maupun non-akademis (kemahasiswaan)
  • Memperkenalkan himpunan, aktivitas2 yang dilakukannya, dan bagaimana itu semua menguntungkan mereka (maba)

Poin-poin berikutnya intinya adalah akselerasi adaptasi.

hugging kittens Tujuan dan Esensi Ospek Pengkaderan Massal

Tujuan Ospek adalah untuk mbikin saling kenal. So, berhati-hatilah untuk tidak meninggalkan dendam dan permusuhan antar personal atau bahkan antar angkatan (biasanya antar dua angkatan terdekat) akibat dari pengondisian yang salah.

2. Membuat Maba jadi Familiar dengan Dunia Perkuliahan.

Memasuki dunia perkuliahan, maba akan menemukan dunia yang baru; sistem kuliah SKS, praktikum, responsi, asistensi, begadang untuk kerjakan tugas, main game mulltiplayer, atau nonton film rame :mrgreen: Apapun yang akan dijalani, maba akan sangat terbantu ketika diberi preview dan juga kiat oleh para senior. Masih banyak maba yang terlalu malu untuk bertanya, atau seringkali mereka bahkan tak tau apa2 saja yang perlu ditanyakan. Semakin maba mengetahui apa2 yang bakal mereka jalani, semakin besar juga rasa percaya diri serta persiapan diri untuk menghadapinya.

Untuk itu, maka silahkan Anda para senior lakukan brainstorm dengan sesama rekan terkait apa2 saja yang biasa dialami oleh mahasiswa dari jurusan/kampus Anda. Misal klo untuk mahasiswa kedokteran; bahwa pada dua tahun pertama akan banyak menghabiskan waktu di laboratorium dan kelas, ambil mata kuliah seperti anatomi, biokimia, patologi dst (di-list dan dijelaskan). Pada akhir dari tahun ke-2 mulai dipertemukan dg pasien dg bimbingan dari dokter atau gimana. Intinya adalah timelining, mulai dari semester pertama hingga lulus apa2 saja yg akan dijalani, apa2 saja yg dipelajari, semua berdasarkan urutan.

Buat maba menjadi lebih cepat familiar dengan dunia perkuliahan, baik di kampus maupun di kost-kostan. Dengan demikian mereka akan bisa gunakan waktu2 awal mereka di kampus tidak lagi untuk berjalan meraba belajar dan menerka nerka, melainkan untuk langsung berlari dan berkiprah nyata.

cookiecat Tujuan dan Esensi Ospek Pengkaderan Massal

Apa2 yang Anda pernah alami -yang bodoh, lucu, nggilani atau yg lain- entah di praktikum atau di kejadian keseharian, itu semua tidak hanya akan membuat maba bisa belajar sesuatu, namun juga membuat maba menjadi merasa lebih dekat dengan Anda.

you make bunny cry Tujuan dan Esensi Ospek Pengkaderan Massal

Bahkan pengalaman sedih Anda tidak akan membuat wibawa Anda sebagai senior hancur. Beneran.

3. Membuat Maba Menjadi Familiar dengan Dunia Kerja Mereka.

Ini juga penting. Bukan hanya perlu tahu dunia perkuliahan, maba juga perlu dikenalkan secara dini dengan dunia kerja dan apa-apa yang akan terjadi di sana. Sewaktu masih SMA, banyak siswa yang memilih jurusan tertentu dengan pemahaman yang sepotong2, atau malah bisa jadi sekedar ikut2an teman. Para senior bisa membantu maba mengenal esensi dan tabiat kerja sesungguhnya dari dunia profesi tertentu. Dengan lebih mengenal, diharapkan juga akan muncul penghargaan dan kebanggaan yang sepatutnya pada keprofesian yang akan dijalani.

So, untuk ini Anda perlu tahu bagaimana sih jobdesc, jenis profesi terkait, lingkungan dan tabiat kerja, dan apapun yang membuat orang awam jadi familiar dengan keprofesian Anda. Misal untuk kasus fakultas kedokteran, Anda bisa menceritakan bagaimana kondisi kerja seorang tenaga medis, semisal terkait waktu + durasi kerjanya, mobilitasnya, lingkup aktivitasnya, dsb. Samakan dulu persepsi yg maba terkait definisi, tanggung jawab dan jobdesc dari beragam profesi di dunia medis, semisal dokter, perawat, pharmacyst, dsb.

Anda bisa mengundang para alumni untuk berbagi pengalaman mereka. Dan Anda pun tidak harus berbicara tentang dunia kerja pasca kelulusan. Silahkan juga berbagi tentang pengalaman kerja selama masih kuliah.

4. Membuat Maba menjadi Familiar dg Cara Belajar ala Mahasiswa.

Karena sudah masuk di jurusan tertentu, maka di sana akan banyak ilmu2 dan wawasan spesifik yang bisa dimengerti dan dihapalkan dengan metode dan trik tertentu. Ini biasanya turun menurun, bisa jadi datang dari dosen atau mahasiswa. Pun juga strategi dalam menghadapi praktikum, penugasan besar pribadi dan kelompok, pasti deh ada contoh sukses atau best practice yg bisa ditiru.

Di sini juga lah para senior boleh mejeng dengan pantas. Bagi Anda yang punya prestasi dan punya cara belajar yang efektif-efisien-menyenangkan, Anda boleh berharap dapat penghormatan dan pujian dari maba (maksudnya, daripada berharap dapat ‘penghormatan’ dengan perploncoan)

So, silahkan brainstorm juga dengan sesama rekan: Bagaimana cara menghapal konsep tertentu, cara menjalani dan merampungkan praktikum tertentu, cara memahami cara mengajar dosen tertentu, cara bisa menguasai mata kuliah tertentu, bagaimana cara kerja kelompok yang sip, dan sebagainya. Tidak hanya itu, Anda juga bisa berbagi informasi tentang tempat printing yang bagus dan murah, tempat fotokopi yang buka sampe malem, tempat rental komputer dg koneksi internet murah, dsb.

Setiap Anda bukan hanya punya skill dan wawasan, namun juga punya informasi berharga yang bisa dibagi. Lebih jauh lagi, Anda pasti juga punya beragam pembelajaran berharga yang baru Anda temukan baru setelah 3 tahun menjalani perkuliahan. Sungguh deh, maba akan sangat terbantu ketika bisa belajar tentangnya dari Anda.

mba0208l Tujuan dan Esensi Ospek Pengkaderan Massal

Maba amat haus akan sosok teladan, berhati-hatilah dalam membagi informasi dan menularkan pengaruh.

Sekali lagi, kita tidak perlu menjadikan ospek ini sebagai ajang untuk menuntaskan beragam tujuan yang secara realitas dipenuhi di wadah pengembangan diri yang lain. Kita hanya perlu berikan gambaran besarnya sekaligus beri informasi di mana saja wadah2 itu berada.

Wadah Pengembangan Academic (Technical) Competencies

  1. Perkuliahan & penugasan yg menyertainya
  2. Praktikum & asistensi
  3. Aktivitas laboratorium (riset & pengembangan, terlepas dari praktikum)
  4. Kuliah tamu
  5. Diskusi non formal
  6. Studi Club/Discussion Group/Interest Community/Research Club (kalo di Informatika misalnya komunitas Linux Informatika)
  7. Study Excursie
  8. Study Tour (berbeda dg SE yg dilakukan sekali oleh setiap angkatan, Study Tour dimaksudkan utk menunjang perkuliahan tertentu, sehingga bisa dilakukan scr berkala)
  9. Magang
  10. Kerja praktek
  11. Lomba Karya Tulis Ilmiah Mahasiswa
  12. Asosiasi Profesi

Wadah Pengembangan Soft Competencies

  1. Ospek Rektorat
  2. Ospek BEM Institut dan Fakultas (iya kan J )
  3. Pengaderan masal mahasiswa baru tingkat Jurusan, Fakultas & Institut (terlepas dari perdebatan mengenai tingkat efektifitas & metodologi)
  4. Kegiatan kemahasiswaan di Himpunan, Fakultas, Institut, Unit Kegiatan Mahasiswa dan Organisasi Ekstra Kampus (HMI, KAMMI dsb)
  5. Berbagai pelatihan, workshop, seminar & bedah buku
  6. Aktivitas Magang (termasuk yang mandiri)
  7. Kerja praktek

Kita juga kasih contoh bagaimana konkrit aktivitas di ormawa seperti di BEM membantu meningkatkan soft skill;

  1. Mengejar deadline pelaksanaan kegiatan, meninggalkan aktivitas hiburan yg berlebihan, menyeimbangkan dg aktivitas kuliah à melatih Keterampilan Memimpin dan Memotivasi Diri Sendiri
  2. Bekerja dalam tim untuk menjalankan amanah kegiatan dan aktivitas organisasi, termasuk berinteraksi dg orang lain, dengan sesama mahasiswa, dosen, pihak birokrat, sponsor dsb à Melatih Kecakapan & keterampilan Sosial/skill interpersonal
  3. Rapat, presentasi proposal di hadapan rekan kerja, pihak birokrat atau sponsor, menjadi pemandu à melatih kemampuan komunikasi
  4. Menjalankan organisasi, Planning - Organizing - Actuating - Controling à melatih keterampilan manajemen, mengorganisasi dan mengimplementasi
  5. Memimpin tim kerja, biro atau departemen à melatih keterampilan kempemimpinan
  6. Dsb.. tinggal cari aja
Sumber: http://akhmadguntar.com/wawasan/tujuan-dan-esensi-ospek-pengkaderan-massal/

Soal SNMPTN Mendatang Berubah

Wednesday, 03 June 2009 14:16

Materi soal untuk Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) pada 1-2 Juli 2009 nanti dibuat berbeda dari materi soal tahun lalu.

Hal tersebut dikatakan oleh Ketua Umum SNMPTN 2009 Prof H. Haris Supratno di Jakarta, Kamis (28/5). Haris mengatakan, materi soal yang bersifat prediktif tersebut nantinya akan menjadi acuan untuk bisa mengetahui potensi calon mahasiswa sesuai program studi pilihannya.

Haris menambahkan, materi soal SNMPTN kali ini tidak mengulang materi yang sudah diujikan pada Ujian Nasional (UN) SMA/Sederajat. Soal-soal dibuat di luar kurikulum SMA/Sederajat untuk bisa melihat kemampuan dan kelulusan siswa yang akan menimba ilmu di bangku kuliah sesuai program studi yang dipilih.

"Kita ingin membuat tes SNMPTN ini beda dengan UN," kata Haris.

Pada penyelenggaraan SNMPTN tahun 2009 lalu, tambah Haris, tes yang dihadapi oleh calon mahasiswa adalah tes potensi akademik atau semacam tes psikologi, tes bidang studi dasar (Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan Matematika), serta tes bidang studi IPA (Fisika, Kimia, dan Biologi) atau IPS (Ekonomi, Sosiologi, Sejarah, dan PPKN).

Biaya pembelian formulir pendaftaran SNMPTN untuk Kelompok IPA/IPS sebesar Rp 150.000, sedangkan Kelompok IPC Rp 175.000. Untuk tahun ini, daya tampung calon mahasiswa di 57 PTN diperkirakan mencapai 85.000-90.000 kursi.

Menurut Haris, hasil tes SNMPTN tahun ini diberi bobot yang berbeda. Untuk tes potensi akademik bobotnya 30 persen dan bidang studi 70 persen. Pembobotan itu dibedakan dengan program studi yang ada ujian praktiknya, seperti program studi olah raga dan seni.

Sementara itu, bobot untuk tes potensi akademik dan bidang studi ditetapkan 60 persen, sedangkan untuk bobot tes praktik ditetapkan sebesar 40 persen. "Dulu tes praktik cuma ditentukan lulus dan tidak lulus. Kebijakan seperti itu merugikan calon mahasiswa, karena itu mulai tahun ini ujian praktik diberi pembobotan," kata Haris. (Sumber: Kompas, 29 Mei 2009).

Selasa, 02 Juni 2009

Lomba Karya Tulis Dalam Rangka Hari Pahlawan Tahun 2009


Dalam rangka memperingati Hari Pahlawan tanggal 10 November 2009 Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Balai Pelestarian Sejarah Dan Nilai Tradisional Yogyakarta Mengadakan Lomba Karya Tulis Ilmiah Dengan Tema “Revitalisasi Nilai-Nilai Kepahlawanan Dalam Rangka Pembentukan Karakter Bangsa”.

A. KETENTUAN LOMBA

Karya tulis harus asli, bukan kutipan, terjemahan atau saduran dari tulisan orang lain, dan belum pernah diikutsertakan dalam lomba karya tulis manapun, serta belum pernah dipublikasikan.

Karya tulis disusun dengan menggunakan ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan dalam bentuk ilmiah populer, dan harus mengacu salah satu judul yang telah ditetapkan panitia.

Karya tulis diketik dengan jarak 2 (dua) spasi menggunakan kertas HVS ukuran kuarto sebanyak 15-20 halaman tidak timbal balik (tidak termasuk lampiran, daftar isi, dan foto).

Karya tulis yang jumlah halamannya kurang atau melebihi dari ketentuan tersebut tidak akan dinilai oleh dewan juri.

Lomba bersifat karya individu, bukan kelompok. Masing-masing peserta bisa mengirim maximal 2 (dua) judul.

Karya tulis dibuat rangkap tiga dan dikirim langsung atau melalui pos dalam amplop tertutup pada sudut kiri atas amplop ditulis ” Lomba Karya Tulis Kesejarahan ”, atau dapat diserahkan langsung ke panitia Lomba Karya Tulis Kesejarahan yang beralamat di Balai Pelestarian Sejarah Dan Nilai Tradisional Yogyakarta, Jl. Brigjen Katamso No. 139 Yogyakarta, Telp. (0274) 373241

Karya tulis dilengkapi dengan identitas diri sebagai berikut :

a. Nama, tempat dan tanggal lahir peserta

b. Foto copy kartu pelajar atau surat keterangan sekolah, nomor telepon sekolah atau fax, nomor telepon peserta (HP)

Karya tulis yang masuk menjadi hak panitia sepenuhnya.

Lomba karya tulis dimulai tanggal 1 April 2009 dan ditutup tanggal 15 Oktober 2009 (cap pos).

B. JUDUL

Adapun judul-judul yang bisa dipilih oleh peserta sebagai berikut :

1. Kepahlawanan di mata generasi muda

2. Nilai-nilai kepahlawanan di era reformasi

3. Pendapat saya tentang sosok pahlawan

4. Menyambut hari Pahlawan tahun 2009 : Potret Diri Anak Zaman

5. Generasi muda sebagai pewaris nilai-nilai kepahlawanan

6. Dengan semangat kepahlawanan kita wujudkan persatuan dan kesatuan bangsa

7. Nilai-nilai kepahlawanan dalam pembentukan karakter bangsa

8. Nilai-nilai kepahlawanan sesuai jiwa zaman

9. Nilai-nilai kepahlawanan dan semangat generasi muda dalam melestarikan kehidupan bangsa

10. Pahlawan dan jati diri bangsa

Tail