Property Kita.com

”PropertyKita.com

Sabtu, 25 April 2009

BUDAYA CORET BAJU: SALAH SATU BUDAYA KONSUMERISME

Sumber: http://community.kompas.com/photo/image/corat1.jpg

Budaya coret baju sering terjadi saat setelah ujian nasional berakhir. Pemandangan ini selalu mewarnai beberapa ruas jalan di perkotaan. Tidak jarang ini menyebabkan terganggunya kelancaran arus lalu lintas. Sebab, budaya ini juga turut diwarnai dengan ”parade” konvoi.

Budaya coret baju seakan-akan menggambarkan kemenangan yang pasti dicapai oleh para siswa-siswi yang telah berjuang dengan berbagai cara untuk mencapai ”kemenangan perang” ujian nasiona (UN)l. Padahal baju yang mereka pakai itu dapat disumbangkan kepada orang-orang yang kurang mampu. Selain itu, belum tentu pula mereka pasti lulus, mengingat standard nilai kelulusan UN tahun ini yang cukup tinggi. Ini bukan pandangan skeptis atau tidak yakin pada kemampuan anak bangsa ini, tetapi perlu disadari pada kenyataan kecurangan yang terjadi pada tahun-tahun lalu. Penulis sendiri pun lulus oleh karena ”kebaikan” guru. Kenyataan ini tidak perlu ditutup-tutupi dan ”dibumbui” dengan ”bumbu-bumbu” yang cukup membuat ”Ä“nek”.

Perlu disadari, budaya coret baju cukup menggambarkan pemborosan. Bagaimana tidak, biaya membeli cat semprot (pilox), spidol, dan berbagai ”senjata” corat-coret lainnya telah menghabiskan uang orangtua mereka hanya untuk kegiatan yang tidak berguna. Adakah dampak positif dari terlaksananya ”pesta coret baju” ini? Padahal uang tersebut dapat digunakan untuk membeli makanan yang disukai sebagai bentuk penghargaan pada diri sendiri karena telah melalui masa UN dengan baik. Atau uangnya dapat digunakan untuk kegiatan positif, contohnya camping, acara keakraban, dan kegiatan lainnya yang lebih meningkatkan hubungan pertemanan dan refreshing bersama.

Beberapa siswa/i menganggap budaya coret baju adalah sesuatu kegiatan gaul dan punk. Kebersamaan lebih dirasakan ketika acara ”ritual” ini dilaksanakan. Apabila belum dilaksanakan, maka ”pejuang-pejuang” UN belum ”merdeka”. Fenomena ini perlu diakhiri dengan mengajak peserta pendidikan untuk memahami bahwa ritual dari budaya coret baju adalah suatu budaya kebodohan yang harus ”dipunahkan” dengan segera. Budaya coret baju bukan seni, bukan juga suatu bentuk gaul, tetapi suatu bentuk budaya kuno dan tidak lagi sesuai dengan perkembangan zaman.

Generasi muda Indonesia adalah generasi yang kreatif dan inovatif. Tentunya ada cara lain untuk menyatakan kekreatifannya saat UN berakhir. Ajang kreatif tersebut perlu difasilitasi penyelenggara dan fasilitator pendidikan. Sehingga, budaya coret baju hanya menjadi ”acara ritual” belaka yang tinggal sejarah.


SELAMAT UNTUK ADIK-ADIK YANG TELAH BERJUANG ...

SEMOGA LULUS SEMUANYA YA >>> ;)

Tidak ada komentar:

Tail