Property Kita.com

”PropertyKita.com

Jumat, 16 Januari 2009

Kayu Konstruksi dan Beberapa Metode Pengawetannya

Dewasa ini kebutuhan akan kayu sebagai bahan konstruksi masih terbilang tinggi. Tidak dapat dipungkiri, masyarakat lebih memilih bahan baku kayu untuk membangun rumah. Sifat baik dari kayu, yaitu mudah pengerjaannya, murah, dan bersifat renewable merupakan jawaban utamanya. Alternatif bahan baku kayu juga dapat berupa kayu buah-buahan, baik itu yang berasal dari hutan rkyat atau kebun kayu. Sebagian besar kayu-kayu dari hutan rakyat atau kebun kayu berkelas awet III - V. Kelas awet sangat berkaitan erat dengan kemampuan kayu bertahan dengan keadaan lingkungan.


Pada umumnya kayu yang berkualitas menengah ke bawah memiliki umur yang singkat. Konstruksi bangunan kayu tersebut sangat mudah diserang organisme perusak kayu, baik itu kumbang penggerek, rayap, jamur, dan lain-lain. Kerusakan yang ditimbulkan menyebabkan kerugian yang sangat besar. Sebagai contoh, degradasi selulosa kayu yang dilakukan rayap mengakibatkan keroposnya kayu konstruksi dan pada kurun waktu tertentu mengakibatkan kekuatan kayu menurun.


Perkembangan ilmu dan teknologi yang pesat menghasilkan inovasi untuk formula penanganan organisme-organisme perusak kayu. Formula tersebut berupa bahan kimia yang lazim dinamakan pestisida. Jenis-jenis pestisida sangat bergantung kepada organisme sasaran.


Lalu apakah bahan kimia tersebut aman bagi manusia?


Jawabannya terletak pada dosis dan cara penggunaannya. Aplikasi yang tepat tidak akan menjadi masalah bagi manusia dan lingkungan.


Hasan (1986) menyatakan daya racun pestisida dibagi dalam tingkatan beracun sedikit sekali, sedikit, sedang, dan tinggi. Daya racun terhadap sasaran dapat melewati mulut (oral), kulit (dermal), dan pernapasan (inhalasi). Ukurannya ditentukan dengan LD 50 (untuk mulut dan kulit) dan LC 50 (untuk pernapasan). Sesuai dengan istilah yang digunakan LD (lethal dose) memiliki satuan mg/kg dan untuk LC (lethal concentration) memiliki satuan mg/L. Dewasa ini LD 50 adalah petunjuk yang paling dapat dipercaya dalam menentukan daya racun akut dari pestisida.


Tindakan preventif terhadap serangan perusak kayu merupakan tindakan yang tepat untuk kayu kualitas III ke atas, agar masa pakai kayu lebih lama (awet). Untuk mencapai tujuan tersebut, Nandika dkk (2003) menyatakan tindakan preventif ini (pengawetan)dapat dilakukan dengan beberapa metode, yaitu:


1. Metode Pelaburan dan Penyemprotan

Pelaburan bahan pengawet dilakukan ke permukaan kayu yang telah dikeringkan terlebih dahulu. Pelaburan ini dapat dilakukan dua kali, akan tetapi pelaburan pertama telah kering. Dalam metode ini biasanya digunakan bahan pengawet minyak atau pengawet yang larut minyak.


2. Pencelupan

Kayu diawetkan dengan cara dicelupkan ke dalam larutan bahan pengawet selama beberapa detik atau menit. Agar hasilnya lebih baik, kayu-kayu tersebut dikeringkan terlebih dahulu. Bahan pengawet yang digunakan biasanya adalah senyawa boron atau flour.


3. Rendaman

Dalam cara ini kayu direndam di dalam tangki-tangki yang berisi bahan pengawet larut air. Umumnya lama perendaman maksimum 2 minggu. Absorbsi bahan pengawet terutama terjadi dalam 2-3 hari pertama, setelah itu absorbsi berjalan sangat lambat. Bahan pengawet yang digunakan adalah campuran HgCl 0,67% dengan NaCl 1%.


4. Rendaman Dingin

Kayu-kayu diawetkan dengan cara merendamnya ke dalam larutan bahan pengawet larut minyak dalam suhu kamar beberapa hari atau beberapa minggu. Lebih dari separuh absorbsi terjadi pada hari pertama. Agar penetrasi berjalan sempurna, kayu harus dikeringkan terlebih dahulu.


5. Rendaman Panas Dingin

Pada metode ini kayu-kayu yang telah dikeringkan direndam ke dalam bahan pengawet panas, kemudian ke dalam bahan pengawet dingin. Pemanasan berfungsi untuk mengeluarkan udara dan air dari permukaan kayu, sedangkan pendinginan menyebabkan udara dan uap air pada lapisan luar kayu menjadi mengerut dan dengan sendirinya menimbulkan semacam vakum.


6. Vakum Tekan

Metode ini dilakukan di dalam suatu tabung silinder tertutup. Metode ini mempunyai beberapa keuntungan, yaitu:

a. Proses pengawetan relatif cepat.

b. Proses pengawetan dapat dikontrol sehingga retensi dan penetrasi dapat diatur sesuai dengan keinginan dan pemakaian bahan pengawet menjadi efisien.

c. Retensi lebih besar serta penetrasinya lebih dalam dan merata.

Metode ini sangat dianjurkan untuk mengawetkan kayu-kayu yang akan dipakai pada konstruksi gedung, jembatan, menara pendingin, dan pelabuhan.


7. Metode Injeksi

Prinsip metode injeksi adalah mendorong bahan pengawet ke dalam kayu dengan bantuan tekanan yang dihasilkan oleh suatu injektor khusus melalui satu atau lebih liang aplikasi yang dipersiapkan sebelumnya dan mempunyai katup (valve). Dengan adanya katup tersebut serta adanya pori dan rongga di antara serat kayu, maka bahan pengawet menyebar ke berbagai arah dan tidak keluar lagi dari liang aplikasi.

Bahan kimia yang telah diabsorbsi kayu dengan beberapa metode di atas akan bertahan dalam beberapa waktu lamanya sesuai dengan daya residu pestisida (pengawet) tersebut. Cara kerjanya dapat dibagi menjadi enam, yaitu protectant, sterilants, kontak, racun perut, sistemik, dan fumigant.


Kayu yang telah melewati proses pengawetan akan meningkat kualitasnya, sehingga kerugian materil ke masa depan dari konstruksi bangunan dapat diminimalisir dan lebih hemat tanpa penggantian bahan kayu.



Tidak ada komentar:

Tail